Sudah lama ya tidak menulis blog tercintaku ini, rasanya kangen banget untuk menggerakkan jari-jari ini ke tuts komputer. Oia, tidak ada kata terlambat ya untuk minta maaf ^_^ , di hari nan fitri ini saya mau mengucapkan met hari raya idul fitri mohon maaf lahir dan batin untuk semua.
Lanjut yuk, baru hari Selasa saya pulang mudik ke Semarang, sebelumnya saya mudik ke mertua dulu di Banyumanik pas awal Idul Fitri, trus selanjutnya mudik ke Salatiga ke tempat kelahiran saya. Karena saya lihat di televisi, kalau puncak arus mudik terjadi pada hari Senin makanya saya dan keluarga mudik di hari Selasa saja supaya tidak terjebak kemacetan. Hmm, pinter juga ya saya he3
Seperti hari-hari Raya Idul Fitri sebelumnya, Idul Fitri ini selalu menjadi momen yang tak terlupakan di dalam hidup saya. Apalagi bertemu dengan saudara kandung yang tinggalnya jauh di luar pulau yaitu di Papua. Ya, kita cuman bertemu setahun sekali saja selebihnya lewat media sosial seperti facebook, wa, dan bbm karena suaminya bekerja di pertambangan PT. Freeport Indonesia. Saya juga belum pernah ke rumah adik saya itu, namun ibu saya sudah pernah kesana. Jujur memang awalnya berat untuk tinggal berjauhan dengan saudara-saudara yang ada di Jawa, namun kami keluarga besar selalu memberi support. Beberapa teman ada yang tinggal terpisah istri di Jawa, dan suami di Papua, namun menurut keluarga besar alangkah indahnya sebuah keluarga apabila suami dan istri itu dalam satu atap mengarungi manis pahitnya kehidupan bersama.
Bercerita tentang Papua tidak akan pernah ada habisnya. Sebenarnya Papua itu adalah pulau yang cantik dan kaya akan keanekaragaman hayati dan fauna. Banyak sekali kecantikan Papua yang telah banyak menarik para wisatawan lokal maupun internasional seperti misalnya Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Danau Sentani, dll seperti tertulis di situs ini http://www.indonesia.travel/id/discover-indonesia/region-detail/50/papua. Kita selayaknya harus bangga memiliki pulau seelok Papua.
Rasanya sudah tak terbendung lagi rasa kangen saya dengan adik tercinta. Ketika bertemu kami saling berpelukan. Menangis penuh rasa haru.
Adik saya itu adalah adik bungsu dalam keluarga. Seperti keluarga-keluarga yang lain tentunya adik bungsu selalu jadi kesayangan. Bahkan ketika dia sudah bekerjapun dia masih suka disuap oleh ibu saya. Tidurpun masih suka dikeloni ibu saya. Dia memang agak manja.
Setelah berumah tangga sifat manjanyapun langsung berubah 180 derajat. Hidup di Papua menempanya menjadi pribadi yang tangguh. Selain harus berjauhan dengan keluarga juga berjibaku dengan harga-harga barang yang semuanya mahal mulai dari bahan makanan pokok, sandang, sampai bahan-bahan untuk perumahan seperti semen, genting, batu bata dll. Mengapa harga-harga di Papua mahal ? Karena transportasi menuju ke Papua aksesnya sulit (banyak jalan yang rusak) dan satu-satunya akses yang tercepat adalah lewat udara dan itu bahan bakarnya mahal. Sayur bayam di Papua harganya seikat 10.000 lo. Saya cuman bisa berharap semoga di bawah pimpinan Bapak Jokowi Papua menjadi lebih baik dan lebih maju.
Adikku tersayang dari Papua dan aku |
Untuk mengisi waktu luangnya adik saya berjualan batik papua via online. Dia juga ibu rumah tangga seperti saya. Sebelum menikah, dia pernah bekerja di bagian ekspor impor di sebuah perusahaan di Solo. Karena terbiasa bekerja, dia tak ingin cuman berdiam diri di rumah. Awalnya dia iseng-iseng menulis di blog, bercerita tentang Papua dan keunikannya dan gayungpun bersambut, ada orang Papua yang kemudian menawari untuk menjualkan batik-batik Papua via online. Akhirnya dia fokus ke jualan online. Itu masih berlanjut sampai sekarang. Mempunyai 3 anak yang masih kecil-kecil, tidak menghalanginya untuk tetap berkarya di tengah keterbatasan di Papua. Untungnya dia punya asisten rumah tangga di rumah, jadi dia tidak perlu khawatir dengan pengasuhan anak-anak. Jika Anda ingin melihat koleksi batik-batik Papua adik saya bisa berkunjung di http://timikaunique.blogspot.com/.
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan setelah 5 hari di Salatiga sayapun pulang. Sebenarnya masih ingin lama tapi apa daya waktu juga yang memisahkan kita. Kadang saya berandai-andai jika saja kita rumahnya berdekatan, pasti saya akan lebih sering berkunjung ke tempat adik. Untungnya di Papua dia sudah memiliki banyak teman akrab yang berasal dari Jawa juga. Jadi itu sedikit bisa mengobati kangennya. Good Bye My Little Sist, kita berpisah tidak untuk selamanya, kita berpisah untuk bertemu lagi.
Salam hangat,
#Ceritaku