Wednesday, July 22, 2015

Meet My Sister From Papua !!

Hai temans,


Sudah lama ya tidak menulis blog tercintaku ini,  rasanya kangen banget untuk menggerakkan jari-jari ini ke tuts komputer. Oia, tidak ada kata terlambat ya untuk minta maaf  ^_^ , di hari nan fitri ini saya mau mengucapkan met  hari raya idul fitri mohon maaf  lahir dan batin untuk semua. 


Lanjut yuk, baru hari Selasa saya pulang mudik ke Semarang, sebelumnya saya mudik ke mertua dulu di Banyumanik pas awal Idul Fitri, trus selanjutnya mudik ke Salatiga ke tempat kelahiran saya.  Karena saya lihat di televisi, kalau puncak arus mudik terjadi pada hari Senin makanya saya dan keluarga mudik di hari Selasa saja supaya tidak terjebak kemacetan.  Hmm, pinter juga ya saya he3

Seperti hari-hari Raya Idul Fitri sebelumnya, Idul Fitri ini selalu menjadi momen yang tak terlupakan di dalam hidup saya.  Apalagi bertemu dengan saudara kandung yang tinggalnya jauh di luar pulau yaitu di Papua.  Ya, kita cuman bertemu setahun sekali saja selebihnya lewat media sosial seperti facebook, wa, dan bbm karena suaminya bekerja di pertambangan PT. Freeport Indonesia.  Saya juga belum pernah ke rumah adik saya itu, namun ibu saya sudah pernah kesana.  Jujur memang awalnya berat untuk tinggal berjauhan dengan saudara-saudara yang ada di Jawa, namun kami keluarga besar selalu memberi support. Beberapa teman ada yang tinggal terpisah istri di Jawa, dan suami di Papua, namun menurut keluarga besar alangkah indahnya sebuah keluarga apabila suami dan istri itu dalam satu atap mengarungi manis pahitnya kehidupan bersama.

Bercerita tentang Papua tidak akan pernah ada habisnya.  Sebenarnya Papua itu adalah pulau yang cantik dan kaya akan keanekaragaman hayati dan fauna. Banyak sekali kecantikan Papua yang telah banyak menarik para wisatawan lokal maupun internasional seperti misalnya Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Danau Sentani, dll seperti tertulis di situs ini http://www.indonesia.travel/id/discover-indonesia/region-detail/50/papua. Kita selayaknya harus bangga memiliki pulau seelok Papua. 


Rasanya sudah tak terbendung lagi rasa kangen saya dengan adik tercinta. Ketika bertemu kami saling berpelukan.  Menangis penuh rasa haru.
Adik saya itu adalah adik  bungsu dalam keluarga. Seperti keluarga-keluarga yang lain tentunya adik bungsu selalu jadi kesayangan.  Bahkan ketika dia sudah bekerjapun dia masih suka disuap oleh ibu saya.  Tidurpun masih suka dikeloni ibu saya. Dia memang agak manja.

Adikku tersayang dari Papua dan aku
Setelah berumah tangga sifat manjanyapun langsung berubah 180 derajat.  Hidup di Papua menempanya menjadi pribadi yang tangguh. Selain harus berjauhan dengan keluarga juga berjibaku dengan harga-harga barang yang semuanya mahal mulai dari bahan makanan pokok, sandang, sampai bahan-bahan untuk perumahan seperti semen, genting, batu bata dll. Mengapa harga-harga di Papua mahal ? Karena transportasi menuju ke Papua aksesnya sulit (banyak jalan yang rusak) dan satu-satunya akses yang tercepat adalah lewat udara dan itu bahan bakarnya mahal.   Sayur bayam di Papua harganya seikat 10.000 lo. Saya cuman bisa berharap semoga di bawah pimpinan Bapak Jokowi Papua menjadi lebih baik dan lebih maju. 

Untuk mengisi waktu luangnya adik saya berjualan batik papua via online. Dia juga ibu rumah tangga seperti saya.  Sebelum menikah, dia pernah bekerja di bagian ekspor impor di sebuah perusahaan di Solo.  Karena terbiasa bekerja, dia tak ingin cuman berdiam diri di rumah. Awalnya dia iseng-iseng menulis di blog, bercerita tentang Papua dan keunikannya dan gayungpun bersambut, ada orang Papua yang kemudian menawari untuk menjualkan batik-batik Papua via online.  Akhirnya dia fokus ke jualan online. Itu masih berlanjut sampai sekarang.  Mempunyai  3 anak yang masih kecil-kecil, tidak menghalanginya untuk tetap berkarya di tengah keterbatasan di Papua.  Untungnya dia punya asisten rumah tangga di rumah, jadi dia tidak perlu khawatir dengan pengasuhan anak-anak. Jika Anda ingin melihat koleksi batik-batik Papua adik saya bisa berkunjung di   http://timikaunique.blogspot.com/


Setiap pertemuan pasti ada perpisahan  setelah 5 hari di Salatiga sayapun pulang. Sebenarnya masih ingin lama tapi apa daya waktu juga yang memisahkan kita. Kadang saya berandai-andai jika saja kita rumahnya berdekatan, pasti saya akan lebih sering berkunjung ke tempat adik.  Untungnya di Papua dia sudah memiliki banyak teman akrab yang berasal dari Jawa juga.  Jadi itu sedikit bisa mengobati kangennya. Good Bye My Little Sist, kita berpisah tidak untuk selamanya, kita berpisah untuk bertemu lagi. 


Salam hangat, 






#Ceritaku

Tuesday, July 14, 2015

Wedgesku Sayang, Wedgesku Malang

Dear my friend,


Namanya wanita tu memang sukanya pengin tampil menarik ya.  Seperti juga saya. Mengingat wedges teringat kejadian pas lebaran tahun kemaren. Ceritanya temen-temenku waktu itu pada demam pakai wedges.  Memang tahun lalu wedges itu lagi tren.  Padahal tahu juga resikonya kalo pakai wedges kelamaan, kaki bakal jadi pegel-pegel.  Tetep aja dibeli. Jadi inget quote "Kalo ingin cantik memang harus rela bersakit-sakit sedikit" kayaknya berlaku buatku juga waktu itu.Namanya juga lagi tren, ngikut aja.  


wed42
kira-kira seperti inilah model wedges punyaku

Pas beli di sebuah mall di kotaku juga sempet beradu argumen dengan suami.  Yakin nih mau dipakai?  Soale suamiku tu tahu persis saya.  Suka moody.  Kalo sudah bosen ya engga dipakai.  Trus saya jawab iya mas nanti tak pakai tiap hari deh. Buat jemput sekolah juga. Kata suami : Kemayu he3.  

Jadilah wedges itu dibeli.  Harganya memang cukup mihil.  Tapi suer enak dipakai.  Mana ringan engga berat.  Apalagi belinya pas lebaran gitu, trus pulang kampung.  Rasanya seneng banget jadi pusat perhatian.  Cieee

Njut,  pas lebaran itu kan ga mungkin cuman berdiam diri di rumah.  Tentu maunya jalan-jalan.  Jadi inget, waktu itu pergilah saya dan sekeluarga ke Kampung Kopi Banaran di Bawen. Cakep kan tempatnya.  Iya dong Semarang punya he3. Nah, kalo pengin naik keretanya kan harus jalan kaki ke atas yang lumayan cukup naik turun jalannya.  Pakai wedges itu juga (namanya juga masih baru hi..hi).  Belum sampai ke tempat parkiran kereta api saya udah ga tahan pakai wedges, wedges saya copot terus jalan kaki tanpa alas.  Udah gitu masih juga diketawain suami dan anak-anak.  Si kakak bilang :  Makanya mah besok lagi ga usah pakai sandal tinggi.  

Kejadian itu telah lama lewat.  Setelah itu saya jadi jarang sekali pakai wedges, high heel atau semacamnya karena saya sebenarnya tipe orang yang simpel. Ga suka pakai sandal yang haknya tinggi semacam high heel atau wedges.  Ini bisa buat pelajaran buat temen-teman semua bahwa kalo kita membeli sesuatu jangan karena terpengaruh teman, tapi juga harus melihat kepribadian kita juga.  Jangan memaksakan diri menjadi orang lain.  Seperti quote saya di awal blog Be Sparkling Be Your Self.  

Oia gimana kabar wedges saya ?  Karena jarang dipakai wedges itupun jadi rusak sendiri. Paling dipakai kalo pas kondangan. Jemput anak-anak sekolah pun jarang saya pakai. Karena terkadang jemput anak waktunya mepet dan buru-buru jadilah pakai sandal tidak berhak macam Croc (tahu kan sandal croc?).  

Cukup seru kan?Bagaimana dengan Anda,  pernah punya pengalaman dengan wedges juga?



#Ceritaku

Sunday, July 12, 2015

Rame-rame Duduk di Depan

Image result for children


Minggu ini adalah minggu pertama anak-anak masuk sekolah setelah lama libur sekolah. Minggu ini juga terasa spesial karena anak saya yang nomer 2 Lala, masuk SD dan si kakak naik kelas 5.  Keduanya bersekolah di SD Islam swasta dekat rumah. Rasanya campur aduk bahagia sekaligus agak sedih karena si bontotku sudah tidak TK lagi.  Kok bisa begitu ya ?? Entahlah mungkin karena saya terlalu sayang ma si kecil.  Mungkin karena anak ragil kata temen-teman.   Kalo jadi lo kata mereka. Ha..ha..ha biasalah emak-emak.

Seperti biasa, kalo hari pertama masuk sekolah banyak ortu-ortu yang menunggui  anak-anaknya di sekolah karena masih masa adaptasi.  Ada yang mengintip-intip dari balik jendela selama KBM. Padahal sudah tidak diperbolehkan. Saya lihat juga masih ada beberapa anak yang nangis  memanggil-manggil mamanya.  Juga ada beragam ekspresi anak-anak yang masih lugu itu.  Ada yang cemberut, ada yang ceria, ada juga yang masih menggelendot sama mamanya.  Alhamdulilah, Lala bisa dengan begitu cepat beradaptasi dengan teman-teman barunya meskipun teman soulmatenya yang dari TK terdahulu banyak yang tidak satu kelas. 

Sudah menjadi tradisi, kalo tahun ajaran baru SD ortu-ortu pada "berburu"  bangku di depan.  Menurut mereka, dengan duduk di depan anak bisa konsentrasi ke pelajaran, juga supaya bisa melihat tulisan di papan tulis dengan jelas. "Demam" ini terjadi juga dengan anak saya Lala.  Bedanya, dia sukanya duduk di bangku nomer dua.  Hari pertama sukses dapat bangku ke 2.  Hari kedua eh ternyata bangku dia sudah diduduki anak lain.  Sudah dikasih tahupun Lala  tak mau duduk di bangku yang lain.  Repot nih kalo begini.  Akhirnya setelah dibujuk-bujuk Ustadahnya, baru dia  mau duduk di bangku nomer 3.

Ada kejadian yang hampir serupa dengan anak saya, Lala. Malah saking penginnya duduk di depan, ortu-ortu pada berangkat pagi-pagi, terus semua pada masuk ke dalam kelas.  Bisa dibayangkan kan? Sehingga kelas terasa begitu sesak. Padahal kegiatan belajar mengajar mau dimulai. Mungkin ini terjadi karena ada beberapa alasan diantaranya : baru pertama punya anak SD jadi agak salting sedikit, sementara saya sudah pengalaman dengan si kakak yang pertama. Emak-emaknya pun masih muda-muda euy, jauh dibawah saya, serasa tua sendiri nih he3. Ya, maklumlah mereka anaknya masih pada satu-satu.   Yang agak lucu adalah  ada bapak-bapak yang protes kepada wali kelas karena ingin agar anaknya duduk di depan.  Malahan si Bapak ini sampe marah-marah kepada wali kelas.  Padahal tempat duduknya sudah diduduki anak lain.  Kasian banget wali kelasnya.

Karena kejadian ini terus sekolah membuat kebijakan yaitu :


  1. Tempat duduk di depan diperuntukkan untuk anak-anak yang berangkatnya lebih pagi
  2. Setelah bel berbunyi, pintu gerbang sekolah ditutup sehingga tidak ada ortu-ortu yang masuk ke dalam kelas, juga agar anak-anak menjadi lebih mandiri. 
  3. Memberlakukan sistem roling.  Jadi tempat duduk anak itu bergilir...anak duduknya bergantian.  Kadang di depan, kadang di belakang, kadang di tengah. Kecuali yang pakai kacamata di depan terus, kayak kakaknya.



Demikian pengalaman saya selama Lala masuk sekolah pertama.



Salam hangat,









#cerita parenting   








Back to Top