Haiiiiiiii, selamat siang semua :)
Beberapa hari yang lalu sempat tersiar kabar tentang pembunuhan seorang wanita cantik yang bekerja di kantor BNN oleh suaminya sendiri. Dikarenakan sering terjadinya percekcokan di dalam rumah tangga antara keduanya. Masalah utamanya adalah tidak lain dan tidak bukan karena masalah ekonomi. Wanita tersebut bernama Indria Kameswari dikabarkan sering menuntut minta dibelikan mobil dan barang-barang mewah lainnya dan kalau tidak dituruti maka beliau akan marah-marah kepada suaminya. Si suami karena sudah terlanjur cinta berat dengan istrinya, enggan untuk menceraikannya meskipun berkali-kali ortu suami menyarankan untuk cerai bila sudah tidak kuat. Lantaran tidak menuruti saran ortunya, si suami mengambil tindakan sendiri dengan membunuh istrinya tersebut dengan pistol. Menurut sudut pandang psikologi, si suami dan istri tersebut sama-sama tidak memiliki kematangan psikologi, meskipun secara usia mereka sudah sangat matang, kemudian mereka bertemu dan terjadilah masalah di kemudian hari.
Indria Kameswari |
Saya pernah membaca sebuah buku (lupa namanya) bahwa kebahagiaan akan sulit tercapai dalam hidup apabila kita selalu membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, suami kita dengan suami orang lain dan yang lainnya. Coba Anda ingat-ingat kapan terakhir kali Anda merasa bahagia? Apakah ketika suami memberi gaji bulanan saja saat Anda merasa sangat bahagia?
Diambil dari Google.Image |
Sekedar curhat, saya dan suami sudah menikah selama 12 tahun. Sayapun pernah mengalami yang namanya up and downnya sebuah pernikahan. Mulai dari awalnya kita tidak berencana untuk membeli rumah, karena mertua sudah mempunyai 2 rumah. Eh, ternyata rumah yang kita tinggali ternyata lingkungannya benar-benar tidak nyaman dan tidak bagus untuk tumbuh kembang anak. Meskipun rumah sudah sangat megah, namun lingkungan sekitar kumuh ternyata tidak enak juga. Akhirnya, kami membeli rumah dengan irit sana irit sini. Jual apa yang bisa dijual. Prinsip saya sih jangan sampai ngutang (selain utang rumah lho). Sempat tidak yakin pula bisa enggak sih beli rumah yang gedhe, tapi alhamdulilah sekarang cicilan rumah sudah lunas. Kita sama-sama berprinsip tidak suka ngutang...kalaupun ngutang harus cepat-cepat dilunasi. Kalau ingin barang-barang kita lebih suka beli cash saja. Kalau tidak punya uang mending tidak usah membeli barang tersebut.
Beberapa hari yang lalu saya mendapat undangan sunatan dari pak satpam kompleks di tempat saya tinggal. Kata suami daerah Mranggen itu deket banget dengan rumah saya yang di klipang. Ampun deh setelah saya kesana ternyata jauh banget dan masuk ke daerah pelosok-pelosok. Saya di hati jadi trenyuh dengan perjuangan Pak Ali dalam mencari rejeki. Saya saja hanya bisa geleng-geleng kepala. Padahal, 1 bulan gaji Pak Ali hanya 700 ribu. Kalau untuk keluarga kecil saya Rp. 700.000 itu hanya untuk bayar listrik dan air saja lo. Istrinya juga bekerja di sebuah pabrik plastik namun gajinya juga tidak seberapa. Namun, herannya Pak Ali bisa mengantarkan anak pertamanya ke bangku kuliah. Rejeki memang sudah diatur oleh Allah SWT.
Apa sih sebenarnya inti dari tulisan saya?Kebahagiaan adalah sebuah pilihan. Kita bisa bahagia karena kita memilih bahagia dan juga sebaliknya jika kita memilih kesedihan maka kesedihan yang kita peroleh. Hargai semua rejeki yang diperolah dari suami kita diiringi dengan doa, karena diantara kesuksesan suami terdapat doa istri.