Saturday, July 25, 2020

Do dan Don't Saat Mendampingi Anak Daring Di Rumah




Assalamualaikum temans,
Seminggu sebelum tanggal 13 Juli 2020, sekolah tempat Lala belajar mengeluarkan edaran via WA kalau tanggal 13 Juli 2020 adalah awal anak-anak masuk sekolah, dengan protokol kesehatan memakai masker, cuci tangan dengan handsanitizer sebelum masuk kelas, dan social distancing alias jaga jarak antar siswa. 
Selain itu masuk sekolah juga khusus untuk yang jelas 6 saja, kelas 1-5 tetap menggunakan sistem daring dan dishift juga. Jadi, ada 2 shift jam yaitu jam 10 dan jam 12.00, pelajaran juga cuman dua jam.

Saya sebenarnya setuju dengan rencana pihak sekolah karena juga Lala juga sudah ingin berangkat sekolah. Namun, ketika dishare banyak orang tua yang protes, apalagi setelah Semarang resmi ditetapkan PKM oleh pak Ganjar. Hasil kuesioner menunjukkan hampir lebih dari 50 persen tidak setuju, akhirnya kembali dilakukan daring untuk semua kelas, dari kelas 1-6.

Awalnya, bukan hal yang mudah untuk melakukan daring alias belajar dari rumah. Karena sistem yang ada di sekolah Lala memberikan ide baru dengan nama "new daring". Kalau sebelumnya hanya dengan google form dan zoom, sekarang diganti dengan googleclass dan zoom meeting secara berkala.


Bisa dibayangkan, guru yang tidak semuanya menguasai gadget pun "dipaksa" untuk bisa, pun dengan orang tua siswa. Saya alhamdulilah lumayan bisa, karena tugas blogger kan seringkali berhubungan dengan upload foto dan kirim ke google form dan lain-lain. Tetapi, buat emak yang sama sekali buta gadget ya cukup kepontal-pontal. Butuh waktu sekitar 2 Minggu bagi saya untuk menyesuaikan dengan "New Daring" ini. Selain itu guru dituntut harus bisa menjadi guru kreatif artinya tidak melulu memberikan tugas tetapi juga harus menjaga mood anak agar tidak stress kala mengajarkan tugas daring. Keadaan di masa pandemi ini secara tidak langsung "memaksa" para orang tua untuk melek mata terhadap dunia maya .

Berikut ini saya tuliskan berdasarkan pengalaman saya selama mendampingi anak saya Lala menjalani tugas daring.

Do :

  • Saya biasakan Lala mandi di pagi hari seperti saat dia berangkat sekolah, sehingga kala nanti tiba saatnya sekolah dibuka, dia sudah terbiasa bangun pagi.
  • Mengijinkannya bermain kala tidak ada tugas.
  • Menjaga moodnya dengan baik, kalau dia kelihatan capek ya jangan dipaksa untuk mengerjakan. Untunglah, untuk mengerjakan tugas ada tenggang waktu sampai jam 23.00.

 

Dont :

  • Tidak berekspektasi terlalu tinggi terhadap nilai.
  • Ortu tidak boleh stress juga ketika mendampingi anak, jadi harus rileks. Bila perlu mungkin sebelum mendampingi anak kita ngemil deh makanan/minuman kesukaan kita.
  • Jangan lupa untuk memberikan pujian kepada mereka. Pujian ini tidak melulu karena mereka mendapat nilai yang bagus, tetapi karena mereka telah berusaha dengan baik. Misal : mau membantu kita di dapur, menyirami bunga, atau mau berolahraga.


Kalau boleh memilih saya sebenarnya lebih suka anak-anak masuk sekolah. Ya, dengan catatan itu tadi protokol kesehatan. Saya rasa di usia 11 tahun untuk kelas 6 anak sudah bisa diberikan instruksi sederhana misal "jangan pegang-pegang teman dulu, selalu pakai masker, cuci tangan tiap sebelum masuk kelas". Saya rasa hampir semua orang cemas bila anaknya sampai terkena Corona. Tapi, hidup kan terus berjalan. Janganlah, kita cemas berlebihan. Karena suatu saat nanti, sekolah harus tetap dibuka. Harapan saya kedepan sih semoga vaksin untuk Corona segera dikeluarkan untuk masyarakat Indonesia dan kehidupan bisa berjalan normal kembali. 





Saturday, July 11, 2020

Belilah Kue Putuku


Assalamualaikum,

Seperti biasa, kegiatan rutin saya setiap sore hari kalau tidak pergi ke luar taman kompleks sambil mendulang makan si kecil, saya jalan-jalan naik motor dengan si kecil dan suami sambil melihat-lihat pemandangan sore hari ataupun belanja kebutuhan sehari-hari.

Sama seperti orang dewasa, si bocil kan juga terkadang merasa bosan terus menerus berada di rumah. Apalagi, selama pandemi Corona ini kami lebih suka berada di rumah. Keluar rumah kalau memang perlu banget, baru keluar rumah. 

Terkadang di jalan saya menemui sesuatu kejadian dan saya tulis di blog. Seperti beberapa hari yang lalu misalnya saya menemui bapak-bapak yang sudah sepuh berjualan kursi dipanggul. Itu kan pekerjaan yang berat banget ya untuk seorang kakek berusia sekitar 60-70an. Saya suka iba melihatnya. Seharusnya usia segitu orang sudah saatnya pensiun dan menikmati sisa hidupnya dengan tenang. 

Kisah lainnya adalah ketika suatu malam  sekitar jam 8 malam di belakang rumah saya terdengar ada suara penjual kue putu lewat dengan suara khasnya. Nampaknya dagangannya belum banyak terjual.  Kue putu adalah jenis makanan tradisional nusantara yang berupa kue dengan isian gula jawa dibalut dengan parutan kelapa, dan tepung beras butiran kasar. Kue ini dikukus dengan diletakkan di dalam tabung bambu yang sedikit dipadatkan. Kue ini dijual pada saat matahari terbenam sampai larut malam.

Jaman dahulu di masa kecil saya di tahun 80-an salah satu kuliner Indonesia kue putu ini sangat berjaya. Setiap ada penjual kue putu lewat, selalu dikerumuni dengan antrean anak-anak yang sudah mengular.  Selain itu juga ada juga gulali yang bisa dibentuk- bentuk menyerupai binatang kuda, ikan, dan lain-lain bergantung request anak-anak di jaman itu dan fungsinya bisa seperti peluit.  Kemudian jajanan lainnya yang ngehits di masa saya kecil adalah Gethuk Pisang, Kolak Ketan Roti dan lain-lainnya. Kalau ingat masa itu, rasanya ingin waktu bisa berputar lagi ke masa itu bak pintu ajaibnya Doraemon. Begitu cepatnya waktu berlalu ya.  

Kue putu sekarang mulai tergerus dengan zaman modern yang serba instan berganti dengan jajanan kekinian seperti pizza, donat, sosis goreng, dan lain-lain. Saya selalu membeli kue putu keliling yang dijual oleh bapak-bapak yang usianya sepuh ini. Beliau ini kue Putunya murah pula cuman seribu rupiah. Saya biasanya beli 10. Terkadang juga ada bapak-bapak penjual kue putu yang harganya lebih mahal 2 ribu juga saya beli untuk membantu perekonomian mereka.

Baca juga : Traveling Dengan Honda Bebek Adalah Permata Pengalamanku 

Jajanan di masa kecil saya kalau saya nilai justru lebih sehat ketimbang jajanan sekarang yang lebih banyak pengawet dan pewarna. Makanya saya lebih suka membuat sendiri jajanan untuk mereka karena selain bisa menghemat uang juga lebih sehat. Terutama di masa pandemi ini sudah pasti anggaran belanja lebih boros. Jadinya, saya harus pintar-pintar untuk mengelola uang. Di sore hari biasanya saya sudah sibuk di dapur membuat jajanan untuk mereka seperti membuat bakwan goreng, pisang goreng, kentang goreng dan lain-lainnya. Anak-anak selalu suka dengan jajanan buatan saya dan terkadang belum selesai goreng sudah ludes haha. It will be story to tell to our grandchildren soon. Kalau sedang jenuh ya beli Sari Roti atau ya tadi beli kue putu. Kalau kebetulan ada penjual kue putu lewat di depan rumah kalian tolong dibeli ya....karena selain sehat juga bisa menolong sesama. 

 

 

 

 

 

 

 

 


Wednesday, July 1, 2020

Traveling Dengan Honda Bebek Adalah Permata Pengalamanku

honda bebek jadul (gambar diambil dari gridoto.com)

Assalamu'alaikum wr. wb. temans,

Saya memang hobi dengan yang namanya traveling alias jalan-jalan. Setiap akhir pekan sebelum pandemi Corona, biasanya saya pergi keluar jalan-jalan dengan suami dan anak-anak. Biasanya sih pergi jalan-jalan ke tempat wisata, ngemall atau makan-makan di luar. Jalan-jalan itu bisa menghibur hati dan juga melepaskan stress yang kita miliki. Selain itu juga bisa merekatkan bounding antar anggota keluarga lho. Jalan-jalan saya sementara ini yang paling jauh ke Telogo Sarangan naik mobil haha. Bagi saya itu sudah jauh banget lantaran sudah melewati Jawa Timur. Pingin banget sih keluar negeri/umroh bareng keluarga besar gitu. Kalau suami saya sudah lumayan sering ke luar negeri seperti Singapura dan Australia tetapi karena urusan pekerjaan bukan murni travelling. Semoga nanti impian saya tersebut bisa kesampaian.

Awalnya saya menyukai traveling dikarenakan ayah saya yang suka banget ngajak saya jalan-jalan dengan honda bebeknya itu. Honda motor bebek di tahun 80-90an merupakan motor favorit orang pada jamannya. Memiliki honda motor bebek adalah sebuah kebanggaan dijaman purba itu (eh maksudnya tahun 80-90an). Bersama ayah, saya telah beberapa kali menempuh perjalanan panjang di luar kota kelahiran saya Salatiga. Seperti ke kota Solo dan Jogja. Bahkan, beberapa tahun sebelum beliau tiada ayah saya pernah mengunjungi teman kuliahnya di Malang, Jawa Timur. Waktu itu beliau tidak membawa jaket tebal. Aduh, ayah saya memang cuek banget orangnya. Kalau capek berhenti dan tidur di mushola/masjid. Sampai-sampai teman ayah saya tadi membelikannya jaket. Ibu saya yang agak kelimpungan karena ketika berangkat ke Malang tersebut ayah saya tidak meninggalkan pesan apapun ke ibu dan anak-anak hingga lima hari tidak pulang ke rumah. Ketika akhirnya pulang, sebenarnya ibu saya hendak marah kepada ayah tetapi tidak tega dan melupakannya ha ha.


Road Trip" Naik Motor, Siapkan 6 Hal Berikut Ini Halaman all ...
jalan-jalan naik motor (diambil dari travel.kompas.com)

Ayah saya mengajarkan anak-anaknya untuk mandiri baik untuk anak laki-laki ataupun anak perempuannya termasuk saya. Saya masih ingat benar ketika saya mendaftar SMP saya disuruh mendaftar sendiri ke SMPN tersebut. Kata ayah saya letak SMPN itu kan dekat dan bisa terjangkau dari rumah dan sayapun lalu mendaftar sendiri. Memang dekat sih dari rumah saya sekitar 500-700 meter tetapi saya kan pingin banget ditemani ayah saya. Akhirnya, kakak perempuan saya yang menemani mendaftar di sekolah tersebut. Duh, kalau ingat masa itu. Tidak seenak anak-anak jaman sekarang. Anak sekarang kena panas sedikit sudah mengeluh. Pulang sekolah mintanya dijemput atau naik gojek. Dari SD sampai SMA saya biasa jalan kaki ke sekolah. Itupun beramai-ramai dengan anak-anak tetangga dan serunya tidak terasa jauh. Berangkat dan pulang sekolah dengan jalan kaki saya nikmati, bahkan terkadang hujan-hujanan dan itu asyik banget. Meskipun, setelah itu ibu saya sempat marah dan bilang “kenapa sih tidak menunggu hujan reda?”.

Kisah saya yang lain bersama honda bebek punya ayah adalah saya pernah ke Solo sendirian dan pergi jalan-jalan ke Ungaran naik honda bebek. Sepanjang perjalanan saya melihat pemandangan Solo yang waktu itu masih banyak sawah dan lahan hijau. Waktu itu saya lulus SMA. Mungkin sekitar tahun 2000. Padahal, Honda Bebek tersebut karena termakan usia lama-lama jalannya agak pelan seperti siput. Hehe.

Solo travelling saya dengan honda bebek punya ayah ini benar-benar berkesan dan merupakan permata pengalamanku. Tiap kali saya naik sepeda motor bebek itu jiwa saya merasa bebas seperti burung dan saya bisa melihat berbagai pemandangan sepanjang perjalanan. Namun, sayangnya saya tidak memiliki kamera di saat itu. Waktu itu juga belum ada handphone yang bisa untuk selfi-selfi, bisanya cuman untuk menulis sms, membalas sms, dan menelpon. Jadi ya, maaf ya saya tidak menampilkan foto-foto saya.

 

 

 

 

 

 


Back to Top