Showing posts with label Keluarga. Show all posts
Showing posts with label Keluarga. Show all posts

Monday, December 28, 2020

Mendidik Anak Itu Ibarat Bermain Layang-layang

gambar diambil dari bacaterus.com


Assalamualaikum sahabat, 

Selamat hari Senin, happy Monday. Jangan malas-malasan ya meski hari ini hari Senin. 

Nah, pada hari ini saya ingin bercerita tentang pengalaman saya dalam membesarkan anak-anak yang ketiganya berjenis kelamin putri. Sebenarnya saya pingin juga punya anak cowok kayak ketiga saudara saya. Sayangnya, Allah belum mengabulkan doa saya. Tapi ya tidak apa-apalah mungkin ini yang terbaik buat saya dan suami. Suami juga tidak banyak menuntut saya untuk memiliki anak lelaki. Katanya anak cowok atau cewek sama sajalah yang penting sehat. Jadilah, suami saya paling ganteng serumah.

Lebih mudah mana ya membesarkan anak cowok atau cewek? Menurut saya sama-sama beratnya ya...tetapi kalau kita memiliki bekal yang cukup ketika berumah tangga seperti misalnya dari awal mencari jodoh. Cari jodoh yang soleh, kalau kita belum soleh ya kita solehkan diri kita dulu. 

Masa mendidik anak yang paling sulit menurut saya adalah pada saat memasuki remaja. Di masa ini mereka menjadi lebih manut kepada kata-kata temannya ketimbang orang tuanya. Kalau pas masa mereka kecil sih masalah tetap ada, tetapi tidak terlalu besarlah. Mereka juga jadi pribadi yang lain jadi sering membangkang dan egois. Apalagi, dengan adanya handphone yang notabene menjadi pesaing bagi orang tua milenial saat ini.  Kalau kita tidak banyak belajar ilmu parenting baik itu dari media sosial atau buku, bisa-bisa kalangkabut menghadapi mereka. 

Dalam mendidik anak-anak, saya dan suami memiliki prinsip "mendidik anak itu ibarat seperti bermain layang-layang. Kalau kita menarik layang-layang terlalu kuat layang-layang bisa putus, tetapi kalau kita terlalu lemah juga tidak baik". Jadi, kita ambil yang tengah-tengah : tidak terlalu kuat tapi jangan terlalu lemah karena, setiap anak memiliki sifat berbeda-beda. Boleh jadi anak kita yang nomer satu berwatak keras, nomer dua berwatak lemah lembut dan berbagai macam sifat lainnya. 

gambar diambil dari bolaku.com


Alhamdulilah saya dan suami sudah menikah selama 16 tahun. Kitapun sudah mengalami asam garam berumah tangga meski mungkin belum expert banget ya. Dalam berumah tangga ada kalanya kita juga berselisih paham tetapi kita cepat sekali saling memaafkan. Kalau saya yang salah, saya juga lebih dulu yang minta maaf dan pula sebaliknya kalau suami salah dia juga cepat-cepat minta maaf. Kita berkomitmen tidak menimbun-nimbun masalah yang akhirnya bisa jadi bumerang dalam rumah tangga. Suami saya itu orangnya humoris dan suka banget bercanda meski pada awalnya terkesan pendiam tapi aslinya itu parah banget. Beliau juga sangat pekerja keras, pokoknya kalau saya nilai itu bintang 5 deh. Saya banyak belajar dari dia, tentang kerja keras. Kalau pekerjaan belum selesai dia belum mau istirahat.

Saya berasal dari keluarga yang tidak broken home sih tetapi hampir seminggu sekali ayah ibu saya selalu bertengkar dan itu sudah seperti agenda rutin. Hal itu membuat kesedihan yang mendalam di hati saya, sampai beberapa kali saya konsultasi ke BK. Saya seringkali merasa malu karena kalau mereka bertengkar itu pasti suaranya keras, dan didengar oleh tetangga. Sampai-sampai saya kuliah di luar kota itu karena tidak ingin mendengar pertengkaran ayah ibu saya. Dulu saya sempat sakit lho sebelum menikah selama seminggu, karena takut masuk dunia rumah tangga...takut ini takut itu...takut tidak bahagia. Awalnya, saya tidak bercerita kepada calon suami tentang hal ini, tetapi akhirnya saya bercerita juga tentang ketakutan saya. Suami saya akhirnya bilang dan berjanji akan membuat saya bahagia dan bismillah bersama-sama menghadapi hidup baik dalam suka maupun duka.

Dalam mendidik anak saya sedikit mengadaptasi dari parenting orang tua saya, parenting mertua saya dan juga dari berbagai macam buku yang saya koleksi seperti buku Positive Parenting dari Muhammad Fauzil Adzim. Buku ini recommended lo guys buat kamu-kamu ayah ibu muda karena menggabungkan antara ilmu parenting dari Barat dan Islam. Saya sudah membacanya berulang-ulang dan seringkali membuat saya haru biru. Intinya, dalam mendidik anak itu kita harus mengutamakan pendidikan agama kalau bisa basic pendidikan TK dan SD anak kita sekolahkan di sekolah Islam. Karena pada masa-masa itu otak anak itu ibarat spons yang mudah menyerap hal-hal baik atau buruk yang kita ajarkan, tentunya kita ingin hal yang baik ya. Saat Maghrib, matikan televisi dan biasakan anak-anak kita mengaji. Selain itu patuhlah kepada suami sebagai imam keluarga.

Semoga bermanfaat..saya tunggu komennya ya...







Friday, June 30, 2017

Home Sweet Home, Rumah Adalah Tempat Yang Paling Indah Untuk Kembali



Assalamu'alaikum wr. wb. 
Setelah 10 hari lamanya vakum menulis karena mudik kekampung halaman, berkeliling silaturahmi ke saudara-saudara saatnya kita untuk kembali ke real life kembali ke kehidupan kita yang nyata. Berjibaku dengan pekerjaan rumah tangga bagi ibu-ibu rumah tangga, berjibaku dengan kehidupan kantor untuk yang ngantor.

Mudik menjadi semacam obat yang manjur untuk melupakan sejenak semua masalah hidup kita dan memberikan kesempatan bertemu dengan saudara-saudara  Anda yang rumahnya di luar pulau seperti saya. Bagi saya lebaran tahun ini terasa sepi karena adik saya yang di Papua tidak pulang tahun ini karena perusahaan suaminya sedang ada masalah. Biasanya setahun sekali dia pulang. Selain itu juga Om saya yang rumahnya di Jakarta dan Malang juga tidak pulang lantaran tidak kebagian tiket kereta api. Biasanya seminggu sebelum lebaran rumah ibu saya ramai dengan anak-anak dari adik saya, namun sekarang terlihat sepi. Tapi, tak apalah yang penting semuanya sehat dan semoga tahun berikutnya masih bisa bertemu kembali. 

Lebaran ini saya sama sekali tidak berwisata kemanapun dikarenakan tahun kemaren pas pergi ke tempat wisata Chimory dan ketika pergi ke pemancingan Tlatar terjebak kemacetan, sehingga saya dan suami memutuskan untuk tidak kemana-mana hanya berdiam diri di rumah ibu saya di Salatiga. 
Memiliki rumah di Salatiga membuat saya nyaman untuk berlama-lama disana lantaran suasananya sejuk dan airnya dingin segar. Beda sekali dengan tempat tinggal saya di Klipang yang super panas dan airnya tidak sesegar di Salatiga. Makanya, anak-anak biasanya enggan pulang ketika berada di Salatiga. 

Apa saja sih kegiatan saya selama di Salatiga ?
1.  Jalan-jalan di pagi hari
Jalan-jalan pagi di Salatiga dengan latar belakang hawa pegunungan yang sejuk sangat menyenangkan bagi saya dan anak-anak. Biasanya hari pertama di Salatiga saya ke makam ayah saya.  Sayang tidak ada foto hadeh, maaf ya.

2.  Membeli bubur kacang ijo, leker, dan bubur candil
Anda pastinya sudah awam dengan bubur kacang ijo dan leker. Mungkin ada yang belum mengenal bubur candil. Nah, bubur candil adalah bubur kesukaan saya pas kecil dan kesukaan tersebut menurun ke anak saya. Si kakak yang suka sekali dengan bubur candil. Makanya kalau pulang ke Salatiga, saya selalu membeli bubur candil yang kebetulan dekat dengan rumah ibu saya. Berikut gambarnya :


Cara Membuat Bubur Candil Ketan Enak dan Kenyal
Bubur Candil --->diambil dari ResepHarian.com


3.  Naik Delman 
Anak-anak sangat suka naik delman. Biasanya kalau pulang ke Salatiga saya suka naik delman dengan keluarga saya berkeliling alun-alun Pancasila. 

4.  Beli bakso 
Beli bakso menjadi agenda rutin kami ketika pulang ke Salatiga. Salatiga adalah sentranya para pembuat bakso. Dari ujung ke ujung banyak sekali orang yang berjualan bakso di Salatiga. Bakso di Salatiga terkenal enak lho.

Meskipun kegiatan diatas terlihat sederhana tetapi sangat menyenangkan kok, meskipun kita tidak berwisata kali ini. Lebaran kemaren benar-benar saya nikmati tanpa harus bercapek-capek antri di tempat wisata. Tetap bisa berhaha hihi dengan saudara-saudara. 

Sebagai gantinya anak-anak saya ajak ke bulek saya yang rumahnya di desa Boyolali. Letaknya cukup jauh dari kota. Itupun pas berangkat sempat macet di jalan. Anak-anak sudah mulai merengek minta pulang. Tetapi hal itu terbayar dengan perjalanan yang seru melihat sawah-sawah yang hijau, bukit-bukit, melihat para petani membajak sawah dan melihat beberapa binatang seperti sapi dan kerbau berlalu lalang. Anak-anak jadi belajar banyak tentang susahnya para petani memproses padi menjadi beras. Suami saya bahkan berandai-andai ingin tinggal di desa. 


Pemandangan sawah di desa yang sedang panen
Saya sangat  menikmati semua suasana lebaran baik itu di rumah mertua, dirumah ibu saya ataupun di rumah sanak saudara saya yang lainnya. Waktu lebaran saya paling lama saya habiskan di rumah ibu saya. Saya sih sebenarnya masih ingin berlama-lama tetapi memang lebih enak berada di rumah kita sendiri. Rumah adalah tempat yang paling indah untuk kembali. Setuju kan? 


******************************************





Back to Top