Showing posts with label Parenting. Show all posts
Showing posts with label Parenting. Show all posts

Sunday, April 10, 2016

Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya


diambil dari Google Image


Assalamu'alaikum wr wb.

Dear my readers, jumpa lagi.


Setujukah Anda dengan ungkapan diatas "Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya"? Pasti setuju dong. Anda tentu pasti juga tahu artinya.  Jika Anda memiliki pohon mangga, pasti mangganya akan jatuh tak jauh dari pohonnya (induknya).  Begitu juga dengan kita manusia.   Anak saya dua orang putri.  Namanya Lia si kakak dan adiknya Lala. Yang menginspirasi nama blog ini.  Sebenarnya si kakak sering protes dengan penamaan blog ini.  Kenapa sih nama blognya Blog Mama Lala bukan Blog Mama Lia maklum usianya sudah 10 tahun, usia yang kritis dan kadang sering protes dengan si Mama. Mungkin kalau diberi nama Blog Mama Lia.  Emm..bagus juga sih catchy.   Cuma waktu itu teman-teman dan ibu-ibu di kompleks seringnya memanggil Mama Lala ya udah deh itu aja.....maklum waktu itu masih cupu banget ngeblognya.

Makin mereka besar, makin saya tahu bidang studi apa yang mereka sukai. Kedua-duanya bersekolah di tempat yang sama yaitu SD Islam Tunas Harapan.  Kalau si kakak menonjol di bidang bahasa (bahasa Inggris, Arab, dll), sebaliknya si Adik menonjol di bidang berhitung dan ilmu sains. Kalau dirunut kemampuan kakak di bidang bahasa menurun dari saya sedang si Adik yang suka matematika diturunkan dari Ayahnya. Sejak SD  saya memang tidak suka dengan pelajaran Matematika,  juga kadang cara mengajar gurunya kurang menarik jadi mau belajar aras-arasen (males) ditunjang lagi ketika saya SD, Ayah dan Ibu saya tidak pernah mempermasalahkan dengan angka. Yang penting tidak merah dan naik kelas.   Maklum, ayah saya sudah sibuk dengan pekerjaannya di kantor, dan ibu saya sudah sibuk dengan 5 orang anaknya.

Memiliki mereka berdua adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Allah swt untuk saya.  Dulu saya sempat divonis dokter bakalan susah punya anak karena memiliki penyakit keputihan yang cukup lama serta banyak mengkonsumsi obat terlalu lama.  Sedih sekali saya mendengarnya ketika itu.  Tetapi, alhamdulilah 3 bulan setelah menikah saya langsung hamil. 

Kalau dari segi fisik si kakak kata banyak orang lebih mirip ayahnya sama-sama berkacamata,agak pendiam,  penurut,dan  sabar.  Sementara si Adik lebih mirip ke saya : cerewet, suka bergaya, suka menyanyi, dan lebih ekspresif.  

Waduh, terkadang saya malu kalau berfoto bareng dengan si kakak.  Soalnya lebih mirip seperti kakak beradik, ketimbang mama dan anak he..he.. Maklum, tingginya sudah hampir sama.  Padahal kalau semisal dia bersekolah di  SD negeri, sebenarnya masih kelas 4, karena sewaktu masuk SD usianya belum genap 6 tahun.
Apalagi sekarang sepatu dan sandal saya bisa tukeran dengan si kakak. Ukuran kakinyapun sama dengan saya yaitu 37. Begitu pula tas saya, terutama yang bagus-bagus sering dibawanya untuk tempat mukena. Tidak apa-apa deh, apapun kalau untuk anak saya tidak eman-eman.








Foto kami sewaktu di Dieng.  Tinggi kakak hampir  menyamai saya kan?
~ Blog Mama Lala



Soal selera makanan terutama soal jajanan si kakak dan si adik juga berbeda.  Kalau si kakak suka kue yang basah semacam lemper, roti pisang coklat, kalau adik suka yang ada bunyi kriuk-kriuk semacam krupuk.
Begitu juga dengan buah-buahan.  Kalau si kakak suka pisang, dan pepaya (buah-buah yang murah he..he..), sementara si adik suka buah yang kakaknya tidak suka seperti jeruk, anggur, durian.  Semuanya suka yang namanya durian, tetapi si kakak ini sama sekali tidak suka dengan namanya durian.  Paling dianya hanya "ndulit" sedikit saja dan tidak mau lagi.


Meski kegemarannya berbeda, namun dua putri saya mempunyai hobi yang sama yaitu membaca dan menggambar.  Dari kecil, memang saya membiasakan mereka untuk suka membaca, karena dari keluarga besar saya juga suka membaca semua.  Rumah saya sudah seperti perpustakaan kecil, saking banyaknya koleksi buku-buku, baik dari saya ataupun anak-anak.  Membaca adalah jendela ilmu ya kan.  Suka membaca diturunkan dari saya juga *uhuk* , sementara menggambar dari ayahnya.  Suami memang pekerjaanya di bidang desain. Jadi erat hubungannya dengan gambar menggambar.  Si kakak juga sudah mulai suka menulis. Bahkan, dia sudah menyelesaikan lebih dari 10 cerpen di komputernya. Sebenarnya sudah dari kemarin-kemarin minta dibuatkan blog. Namun, saya belum sempat membuatkannya blog. Maaf ya kak. 


Di bawah ini adalah karya-karya kakak Lia dan si adik di kala mereka senggang waktunya. Lucu-lucu kan.... 
Semoga suatu saat nanti permintaan kakak untuk dibuatin blog bisa saya realisasikan. Memang, anak-anak selalu mengikuti sifat dan kegemaran orang tua, tentunya yang  positif dan bermanfaat.











mengadaptasi dari Komik Mak irits






Bagaimana dengan putra dan putri Anda, lagi hobi apa sekarang? Share di komen ya. Terima kasih. 



Salam hangat,










Wednesday, February 24, 2016

Anak Berkotor-kotor Ria Boleh Tidak ?

Dear My Readers,


Mah, boleh tidak main hujan-hujanan?
Mah, boleh tidak main pasir?
Mah, boleh tidak manjat tangga ?


Itulah yang seringkali ditanyakan oleh anak-anak pada umumnya kepada anaknya ketika beranjak besar.  Dan apakah jawaban dari orang tua? Pada umumnya orang tua menjawab jangan dengan berbagai macam dalih.  Nanti cacingan lo dek kalau main pasir, nanti jatuh lho kalau manjat tangga dan dalih lainnya.  


Beberapa waktu yang lalu Dokter Nyoman Sakyarsih  dan anaknya Max sempat menjadi trending topic bagi netizen.  Siapa sih yang tidak mengenal Dokter hewan dengan senyuman manis ini?Followernya sekarang sudah mencapai lebih dari 32.000 orang.  Di sela-sela kesibukannya sebagai dokter hewan, beliaulah orang pertama di Indonesia yang membawa si kecilnya, Max, mendaki gunung sejak Max usia 5 bulan.  Awal mulanya Max kecil yang waktu itu belum bisa berjalan di gendong di belakang untuk mendaki Gunung Bromo untuk pertama kalinya.  Rute selanjutnya adalah mendaki Gunung Rinjani. Banyak netizen juga yang mencibir, karena masih kecil kok diajak mendaki gunung. Tapi Dokter berdarah Bali ini tetap meneruskan petualangannya sebab si kecil Max sangat menikmati pendakian bersama si Mama. Buktinya Max sepanjang perjalanan selalu tampak riang, tidak pernah rewel dan tidak bosan.. 
Berikut foto-foto mbak Nyomie dan si ganteng Max diambil dari twitter:@nyomie



mx10
Max kecil 5 bulan tertidur di gendongan 



mx8
Mbak Nyomie dan Max-@nyomie


mx6
foto diambil dari @nyomie


Sesampainya di jalur pendakian biasanya Max akan berlari-larian, bermain pasir, bermain lumpur dan dibiarkan menikmati alam.  Dr.  Nyomie berpesan agar tidak semua pendaki mengikuti jejaknya untuk membawa si kecil mendaki gunung, karena mendaki gunung dengan membawa anak harus ada standar safetynya, dan juga tidak semua jalur pendakian memperbolehkannya.  

Ditanya apakah tidak takut bila si kecil Max dibiarkan bermain lumpur, pasir, hujan-hujanan. Jawab Mbak Nyomie.  Tidak takut.  Karena sebelumnya beliau sudah pernah mempelajari ilmu imunologi.  Bahwa anak yang yang sering bermain kotor-kotoran lambat laun akan kebal dari penyakit, karena tubuh kita sebenarnya bisa membuat sistem imun sendiri. Tentunya jangan lupa mencuci dengan sabun setelahnya.
Pernah suatu Mbak Nyomie berencana untuk mendaki gunung, namun si kecil Max pilek tapi kekeuh ingin ikut mendaki karena melihat mamanya mengeluarkan tas punggung untuk mendaki.  Karena tidak tega maka Max diajak.  Sesampainya di tempat pendakian pilek Max malah sembuh, mungkin dikarenakan Max sangat menyukai mendaki.

Karena pola asuh yang tidak terlalu banyak larangan membuat Max tumbuh menjadi anak yang aktif, pemberani, tidak mudah putus asa dan memiliki rasa ingin tahu  yang besar.   Hal ini tentunya dengan syarat dalam pengawasan orang tua. Anda tertarik untuk mengikuti jejaknya?  Marilah jangan kita batasi kreatifitas anak dengan melarangnya bermain kotor-kotoran.  Semoga bermanfaat ya.




#cerita Parenting 


Saturday, December 12, 2015

Harus Suka Dulu



Assalamu'alaikum wr.wb.

Dear my readers,

Hai teman-teman gimana kabarnya? Sudah lama nih tidak nulis blog.  Pasti kalian sudah kangen ma aku nih.....
Kali ini saya akan bercerita tentang kakak Lala, namanya Lia.  Kakak Lia September kemaren berulang tahun yang ke-10, kelas 5. Tingginya hampir sama dengan saya.  Saya dan anak-anak sangat akrab.  Memang sedari kecil saya amat suka sekali anak-anak.  Seringkali saya dititipin anak-anak tetangga ketika ibu mereka mandi atau ada urusan tertentu. Kepikiran juga untuk bisnis penitipan anak.  Kayaknya prospek nih.He...he... 

Kakak Lia ( yang paling kanan pakai kacamata)



Sebelum ngelantur kemana-mana yuk kita lanjut.  Kakak  Lia sudah seperti sahabat saya, kami berdua sangat terbuka.   Dia adalah sahabat yang paling jujur lho. Apa yang dia tidak suka dari saya, dia selalu utarakan. Kakak Lala sekolah di SD Islam swasta di dekat rumah. Dia suka sekali menasihati saya untuk sholat dhuha, kalo sholat jangan ditunda-tunda, seringkali nasihatnya membuat saya terharu dan instropeksi diri. Bangga sekali punya anak seperti kakak.

Kalo Lala suka pelajaran matematika, si Kakak ini agak kurang di pelajaran matematika.   Tapi dia unggul di pelajaran Bahasa Inggris.  Memang kecerdasan anak berbeda-beda ya.   Sebenarnya nilainya masih diatas KKM tapi persaingan di kelasnya ketat.  Ya, maklumlah sekolahnya termasuk sekolah islam favorit di Semarang. Selisihnya di koma-koma saja. Sebenarnya saya dan suami bukan tipikal orang yang ambisius soal nilai.  Tetapi karena masalahnya matematika itu dipakai terus sampai kuliah, kami kira perlu untuk "menggenjot" nilainya dengan banyak latihan. Beruntunglah saya punya suami yang jago di bidang matematika, sementara saya jago di bidang bahasa Inggris.  Jadi kami berdua berbagi tugas, untuk pelajaran matematika si Ayah yang mengajari, sementara untuk pelajaran bahasa giliran saya. 

Suatu hari si Kakak bilang ingin les matematika karena teman-temannya sudah pada les dan nilainya bagus-bagus.  Trus saya jawab :  Kakak kalo rajin belajar dan rajin berlatih pasti nilainya juga bagus. Tapi dia bersikukuh ingin les ya sudah. Jadi keinginan les itu muncul dari keinginannya sendiri.  

Selanjutnya saya mulai cari informasi tentang guru les matematika ke teman-teman. Setelah cari-cari informasi akhirnya dapatlah guru Matematika yang cocok.  Tarifnya pun tidak terlalu mahal, 25 ribu perjam, sementara guru-guru yang lain diatas 25 ribu.  Saya dan suami sepakat untuk privat saja, gurunya yang datang ke rumah karena hari Senin-Kamis kakak pulangnya sudah siang, jadinya les kami buat jumat-sabtu sehabis Maghrib.  

Kakak cepat sekali menyesuaikan diri dengan guru lesnya. Agaknya dia sangat cocok dengan guru lesnya.  Lesnya berlangsung 1.5 jam dari jam 6-7.30.  Usianya pun masih 20 an, namanya mbak Dee, beliau mengajar di SD Negri. 
Biasanya kalau sudah hari Jumat si Kakak sudah semangat, sehabis sholat maghrib, dia sudah nyiap-nyiapin buku les matematikanya di atas meja sambil menunggu mbak Dee datang.  

Suatu hari sehabis les Kakak bercerita (dari Mbak Dee) untuk mendapat nilai yang bagus selain banyak berlatih juga harus suka dulu dengan pelajarannya.  Saya lantas mengiyakan apa yang diceritakan si Kakak. Ibarat  seperti pepatah "Tak Kenal Maka Tak Sayang".  Alhamdulilah kakak jadi semangat dan suka dengan pelajaran berhitung yang seringkali menjadi momok banyak anak ini. Berdasarkan pengalaman saya juga jangan lantas sudah les kita lupa untuk tetap memberikan latihan-latihan kepada anak kita.  Tak dipungkiri dengan les memang banyak membantu, tetapi latihan yang terus menerus tetap diperlukan seperti menghafal perkalian, menghapal pengkuadratan.  Smoga menginspirasi.

Salam hangat,


Saturday, October 24, 2015

Mensugesti Anak Perlu Lho

Image result for gambar mensugesti
Diambil dari Google Image


Assalamu'alaikum

Hai teman, apa kabar?

Anda punya pengalaman seputar anak yang susah membaca dan menulis? Mungkin Anda perlu membaca artikel saya ini :).  

Alkisah, anak saya yang kedua usia 6 tahun, Lala, masuk SD tahun ini. Sebenarnya  kami berdua menginginkan agar dia mengulang lagi TK tapi sayangnya Lala tidak mau. Keinginannya kuat untuk masuk SD, padahal baca tulis aja masih grothal grathul.  Juga sudah diberi penjelasan ke Lala kalo pelajaran SD itu lebih banyak dibanding tk dianya tetap ngeyel. Setiap kali diajak mengulang  TK dianya menangis meraung-raung. Yah, daripada dia kecewa tidak masuk SD maka kamipun sepakat memasukkannya ke sebuah SD Islam Swasta di dekat rumah dan kami berdua sepakat untuk tidak berorientasi ke nilai, yang paling penting bagi kami berdua adalah Lala mau belajar.  Begitu juga dengan si kakak kami tidak terlalu memusingkan nilai tapi alhamdulilah prestasi belajarnya bagus.


Sebenarnya di SD Lala, tidak ada paksaan juga agar anak bisa baca tulis lancar namun karena saya lihat pelajaran kelas 1 itu sudah banyak saya rasa tidak ada salahnya mengajarkan baca tulis ke anak.  Hal itu sudah saya mulai sejak Lala tk.  Saya dan suami sering ke Gramedia untuk membeli buku-buku baca tulis untuk anak TK. Saya baru merasakan susahnya mengajarkan baca tulis kepada Lala. Beda banget dengan kakaknya dulu.  Padahal buku-buku yang saya beli itu semuanya bagus-bagus dan full color.  Entahlah mungkin karena faktor usia juga ya.  Baru sebentar diajari sudah bilang capek, bosen malah langsung tiduran di lantai.  Suami saya juga sering bilang nyerah ngajarin Lala. Kemudian suami bilang udah dilesin aja Mah.  Siapa tahu dianya mau baca tulis. Kemudian Lala kami masukkan ke sebuah tempat les yang keren yaitu ke Bimba AIUEO.  Alhamdulilah dengan masuk ke Bimba AIUEO sangat membantu kami berdua.  Lala jadi semangat belajar baca tulis karena banyak temannya dan juga mbak-mbak nya baik-baik dan sabar dan tanpa paksaan juga metodenya sangat menarik.  Meskipun begitu baru jalan 3 bulan Lala sudah mogok tidak mau berangkat les dia beralasan sudah capek kalo pulang sekolah.  Lesnya memang jam 11 sementara dia pulang sekolah (waktu itu masih TK besar) berangkat  jam 7-10.  Duh, kalo sudah enggak mau, dirayu dengan metode apapun susah banget.   Akhirnya dengan berat hati terpaksa deh cuti sementara dari Bimba AIUEO. Namun alhamdulilah sudah lumayan lancar membaca. Itu membuat hati saya lumayan lega.  Cuti dari Bimba AIUEO, Lala masih saja aras-arasen kalo disuruh membaca di rumah, lebih-lebih menulis.  Menulis baru sebentar terus tiduran.  Alasannya sudah capek. 


Kemudian saya ingat pernah membaca sebuah artikel tentang mensugesti anak supaya rajin membaca. Hal ini sebaiknya dilakukan ketika anak menjelang tidur.  Karena kekuatan alam bawah sadar bekerja menjelang tidur.  Saya usap-usap dahinya sambil mensugesti dengan kata-kata :  Lala pinter, lala anak soleh, lala suka membaca, lala suka menulis.  Ajaib, keesokan harinya Lala jadi rajin membaca dan suka sekali menulis padahal baru 2 hari sugesti itu saya lakukan.  Namun ini harus dilakukan terus menerus dan konsisten. Lala memang sudah lumayan bisa baca tulis namun agaknya semangat belajarnya yang perlu ditumbuhkan. Alhamdulilah, ketika masuk SD dia sudah  lancar membaca, menulis dan kekhawatiran kami tentang usianya yang belum 6 tahun sudah masuk SD tidak terbukti.  Di SD alhamdulilah Lala bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan nilainya juga bagus. 









Lalaku sayang 

Semoga bermanfaat.  Tunggu postinganku berikutnya ya ^_^


Salam hangat,








Sunday, July 12, 2015

Rame-rame Duduk di Depan

Image result for children


Minggu ini adalah minggu pertama anak-anak masuk sekolah setelah lama libur sekolah. Minggu ini juga terasa spesial karena anak saya yang nomer 2 Lala, masuk SD dan si kakak naik kelas 5.  Keduanya bersekolah di SD Islam swasta dekat rumah. Rasanya campur aduk bahagia sekaligus agak sedih karena si bontotku sudah tidak TK lagi.  Kok bisa begitu ya ?? Entahlah mungkin karena saya terlalu sayang ma si kecil.  Mungkin karena anak ragil kata temen-teman.   Kalo jadi lo kata mereka. Ha..ha..ha biasalah emak-emak.

Seperti biasa, kalo hari pertama masuk sekolah banyak ortu-ortu yang menunggui  anak-anaknya di sekolah karena masih masa adaptasi.  Ada yang mengintip-intip dari balik jendela selama KBM. Padahal sudah tidak diperbolehkan. Saya lihat juga masih ada beberapa anak yang nangis  memanggil-manggil mamanya.  Juga ada beragam ekspresi anak-anak yang masih lugu itu.  Ada yang cemberut, ada yang ceria, ada juga yang masih menggelendot sama mamanya.  Alhamdulilah, Lala bisa dengan begitu cepat beradaptasi dengan teman-teman barunya meskipun teman soulmatenya yang dari TK terdahulu banyak yang tidak satu kelas. 

Sudah menjadi tradisi, kalo tahun ajaran baru SD ortu-ortu pada "berburu"  bangku di depan.  Menurut mereka, dengan duduk di depan anak bisa konsentrasi ke pelajaran, juga supaya bisa melihat tulisan di papan tulis dengan jelas. "Demam" ini terjadi juga dengan anak saya Lala.  Bedanya, dia sukanya duduk di bangku nomer dua.  Hari pertama sukses dapat bangku ke 2.  Hari kedua eh ternyata bangku dia sudah diduduki anak lain.  Sudah dikasih tahupun Lala  tak mau duduk di bangku yang lain.  Repot nih kalo begini.  Akhirnya setelah dibujuk-bujuk Ustadahnya, baru dia  mau duduk di bangku nomer 3.

Ada kejadian yang hampir serupa dengan anak saya, Lala. Malah saking penginnya duduk di depan, ortu-ortu pada berangkat pagi-pagi, terus semua pada masuk ke dalam kelas.  Bisa dibayangkan kan? Sehingga kelas terasa begitu sesak. Padahal kegiatan belajar mengajar mau dimulai. Mungkin ini terjadi karena ada beberapa alasan diantaranya : baru pertama punya anak SD jadi agak salting sedikit, sementara saya sudah pengalaman dengan si kakak yang pertama. Emak-emaknya pun masih muda-muda euy, jauh dibawah saya, serasa tua sendiri nih he3. Ya, maklumlah mereka anaknya masih pada satu-satu.   Yang agak lucu adalah  ada bapak-bapak yang protes kepada wali kelas karena ingin agar anaknya duduk di depan.  Malahan si Bapak ini sampe marah-marah kepada wali kelas.  Padahal tempat duduknya sudah diduduki anak lain.  Kasian banget wali kelasnya.

Karena kejadian ini terus sekolah membuat kebijakan yaitu :


  1. Tempat duduk di depan diperuntukkan untuk anak-anak yang berangkatnya lebih pagi
  2. Setelah bel berbunyi, pintu gerbang sekolah ditutup sehingga tidak ada ortu-ortu yang masuk ke dalam kelas, juga agar anak-anak menjadi lebih mandiri. 
  3. Memberlakukan sistem roling.  Jadi tempat duduk anak itu bergilir...anak duduknya bergantian.  Kadang di depan, kadang di belakang, kadang di tengah. Kecuali yang pakai kacamata di depan terus, kayak kakaknya.



Demikian pengalaman saya selama Lala masuk sekolah pertama.



Salam hangat,









#cerita parenting   








Monday, November 10, 2014

Apakah Anak Anda Suka Bertengkar ?

Gambar dibuat oleh Kakak
       

Assalamu'alaikum wr.wb,
Dear my readers,


Dulu sebelum nikah saya pernah bekerja. Setelah menikah saya memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga dengan segala "kerumitannya" he3. Tetapi jangan salah menjadi ibu rumah tangga bukanlah suatu pekerjaan yang bisa diremehkan.Kita harus bisa memenej segala sesuatu dengan baik. Mulai dari memenej waktu, bagaimana waktu 1 hari itu kita gunakan sebaik mungkin untuk mengasuh anak, memastikan bahwa di kulkas sudah tersedia makanan yang cukup untuk anak kita, memastikan bahwa menjemput anak sekolah jangan sampai terlambat dan juga tak lupa bagaimana memenej emosi kita sehari2.Jangan sampai kalo marah sampai berlebihan, yaaa pokoknya setiap hari kita harus pandai2 mengelola emosi kita dengan baik.


Apalagi dua anak saya yang masih aktif dan belum ndolor (blm dewasa). Yang kecil 5 tahun dan yang besar 9 tahun.  Meski jeda umurnya lumayan jauh tapi hampir tiap hari bisa dipastikan pasti bertengkar. Memang si adik itu anaknya usil banget sedang kakaknya cenderung pendiam.  Selalu ada saja yang dipertengkarkan.  Rebutan remote, rebutan mainan, rebutan untuk duduk di depan sewaktu di mobil atau di motor. Seakan-akan tiada habisnya.  Sampai-sampai kalo sudah habis kesabaran saya, saya tinggalin mereka berdua tidur....eh tahu-tahu mereka ikut tidur juga.  He...he..he....


 Apakah anak-anak Anda suka bertengkar seperti halnya anak saya..?  Berikut tips menangani bertengkar Ala Mama Lala....check it out:

1.  Jangan tersulut emosi istighfar terlebih dulu, tahan napas...perhatikan cermat siapa dulu yang memulai..si kakak atau yang adik, sehingga kita tidak salah sasaran atau salah memarahi anak.

2.  Sesekali biarkan mereka memecahkan masalahnya sendiri, misalnya masalahnya sepele yang tidak sampai main pukul biarkan mencari solusinya sendiri...karena dari situ mereka belajar hal-hal kecil tentang memecahkan masalah.

3.  Di saat mereka rukun, jangan pelit pujian katakan,"Mama senang sekali lo kalo melihat kalian rukun."

4.  Bersikaplah proporsional, jangan selalu meminta si kakak untuk mengalah.  Bila si kakak yang benar, si adik juga harus mengalah

5.  Jangan sekali-kali main pukul dengan anak seperti menendang atau memukul anak, karena daripada kekerasan fisik, rasa-rasanya anak lebih suka dengan verbal/tutur kata orang tua yang lembut dan halus.

6.  Bilang  ke anak-anak,"Kalo kalian bertengkar terus Mama kerja lho!"
     Sayangnya tips ini hanya berlaku untuk anak TK ke bawah. Hi..hi..hi. Kalo si kakak yang sudah SD kelas 4 biasanya malah jawab,"Ya, Mama kerja aja to gpp.!"...kalo yang kecil (TK besar) tak bilangin seperti itu langsung deh masuk ke kamar pintu ditutup (bukan dibanting lo), langsung "ungkep-ungkep"(b jawa: nangis sesenggukan).

7.  Belilah buku-buku  yang berisi tentang parenting (ilmu mengasuh anak) seperti misalnya Positive Parenting karya Muhammad Fauzil Adzim (yup aku salah satu penggemar beliau lo), atau buku-buku parenting dari barat.  Keduanya bisa dipadupadankan. Ilmu parenting dari ortu kita sebenarnya sudah bagus tapi tidak ada salahnya menillik buku-buku tersebut karena berdasarkan pengalaman saya itu sangat efektif  buat kedua buah hati saya.

8.  Janganlah ragu untuk terus menimba ilmu.  Siapa bilang menjadi ibu rumah tangga itu tidak butuh ilmu?  Jangan habiskan waktu Anda dengan melakukan hal-hal yang tidak perlu seperti ngerumpi, atau melihat acara gosip di TV karena masa kanak-kanak anak kita tidak akan berulang lagi.  Lebih baik Anda menghabiskan waktu Anda dengan membaca blog saya hi...hi..hi....
   
 Demikian sekilas info beberapa tips saya dalam menangani anak-anak bertengkar.  Semoga bermanfaat.  Tunggu postinganku berikutnya ya.
  
Salam hangat,










     
   
Back to Top