Saturday, September 19, 2020
Strong Woman Do Bong Soon, Drakor Favorit Pertama Saya
Saturday, July 25, 2020
Do dan Don't Saat Mendampingi Anak Daring Di Rumah
Berikut ini saya tuliskan berdasarkan pengalaman saya selama mendampingi anak saya Lala menjalani tugas daring.
Do :
- Saya biasakan Lala mandi di pagi hari seperti saat dia berangkat sekolah, sehingga kala nanti tiba saatnya sekolah dibuka, dia sudah terbiasa bangun pagi.
- Mengijinkannya bermain kala tidak ada tugas.
- Menjaga moodnya dengan baik, kalau dia kelihatan capek ya jangan dipaksa untuk mengerjakan. Untunglah, untuk mengerjakan tugas ada tenggang waktu sampai jam 23.00.
Dont :
- Tidak berekspektasi terlalu tinggi terhadap nilai.
- Ortu tidak boleh stress juga ketika mendampingi anak, jadi harus rileks. Bila perlu mungkin sebelum mendampingi anak kita ngemil deh makanan/minuman kesukaan kita.
- Jangan lupa untuk memberikan pujian kepada mereka. Pujian ini tidak melulu karena mereka mendapat nilai yang bagus, tetapi karena mereka telah berusaha dengan baik. Misal : mau membantu kita di dapur, menyirami bunga, atau mau berolahraga.
Saturday, July 11, 2020
Belilah Kue Putuku
Assalamualaikum,
Seperti
biasa, kegiatan rutin saya setiap sore hari kalau tidak pergi ke luar taman
kompleks sambil mendulang makan si kecil, saya jalan-jalan naik motor dengan si
kecil dan suami sambil melihat-lihat pemandangan sore hari ataupun belanja
kebutuhan sehari-hari.
Sama seperti
orang dewasa, si bocil kan juga terkadang merasa bosan terus menerus berada di
rumah. Apalagi, selama pandemi Corona ini kami lebih suka berada di rumah.
Keluar rumah kalau memang perlu banget, baru keluar rumah.
Terkadang di jalan saya menemui sesuatu kejadian dan saya tulis di blog. Seperti beberapa hari yang lalu misalnya saya menemui bapak-bapak yang sudah sepuh berjualan kursi dipanggul. Itu kan pekerjaan yang berat banget ya untuk seorang kakek berusia sekitar 60-70an. Saya suka iba melihatnya. Seharusnya usia segitu orang sudah saatnya pensiun dan menikmati sisa hidupnya dengan tenang.
Kisah lainnya adalah ketika suatu malam sekitar jam 8 malam di belakang rumah saya terdengar ada suara penjual kue putu lewat dengan suara khasnya. Nampaknya dagangannya belum banyak terjual. Kue putu adalah jenis makanan tradisional nusantara yang berupa kue dengan isian gula jawa dibalut dengan parutan kelapa, dan tepung beras butiran kasar. Kue ini dikukus dengan diletakkan di dalam tabung bambu yang sedikit dipadatkan. Kue ini dijual pada saat matahari terbenam sampai larut malam.
Jaman dahulu di masa kecil saya di tahun 80-an salah satu kuliner Indonesia kue putu ini sangat berjaya. Setiap ada penjual kue putu lewat, selalu dikerumuni dengan antrean anak-anak yang sudah mengular. Selain itu juga ada juga gulali yang bisa dibentuk- bentuk menyerupai binatang kuda, ikan, dan lain-lain bergantung request anak-anak di jaman itu dan fungsinya bisa seperti peluit. Kemudian jajanan lainnya yang ngehits di masa saya kecil adalah Gethuk Pisang, Kolak Ketan Roti dan lain-lainnya. Kalau ingat masa itu, rasanya ingin waktu bisa berputar lagi ke masa itu bak pintu ajaibnya Doraemon. Begitu cepatnya waktu berlalu ya.
Kue putu sekarang mulai tergerus dengan zaman modern yang serba instan berganti dengan jajanan kekinian seperti pizza, donat, sosis goreng, dan lain-lain. Saya selalu membeli kue putu keliling yang dijual oleh bapak-bapak yang usianya sepuh ini. Beliau ini kue Putunya murah pula cuman seribu rupiah. Saya biasanya beli 10. Terkadang juga ada bapak-bapak penjual kue putu yang harganya lebih mahal 2 ribu juga saya beli untuk membantu perekonomian mereka.
Baca juga : Traveling Dengan Honda Bebek Adalah Permata Pengalamanku
Jajanan di masa kecil saya kalau saya nilai justru lebih sehat ketimbang jajanan sekarang yang lebih banyak pengawet dan pewarna. Makanya saya lebih suka membuat sendiri jajanan untuk mereka karena selain bisa menghemat uang juga lebih sehat. Terutama di masa pandemi ini sudah pasti anggaran belanja lebih boros. Jadinya, saya harus pintar-pintar untuk mengelola uang. Di sore hari biasanya saya sudah sibuk di dapur membuat jajanan untuk mereka seperti membuat bakwan goreng, pisang goreng, kentang goreng dan lain-lainnya. Anak-anak selalu suka dengan jajanan buatan saya dan terkadang belum selesai goreng sudah ludes haha. It will be story to tell to our grandchildren soon. Kalau sedang jenuh ya beli Sari Roti atau ya tadi beli kue putu. Kalau kebetulan ada penjual kue putu lewat di depan rumah kalian tolong dibeli ya....karena selain sehat juga bisa menolong sesama.
Wednesday, July 1, 2020
Traveling Dengan Honda Bebek Adalah Permata Pengalamanku
honda bebek jadul (gambar diambil dari gridoto.com)
Assalamu'alaikum wr. wb. temans,
Saya memang hobi dengan yang namanya traveling alias jalan-jalan. Setiap
akhir pekan sebelum pandemi Corona, biasanya saya pergi keluar jalan-jalan
dengan suami dan anak-anak. Biasanya sih pergi jalan-jalan ke tempat wisata,
ngemall atau makan-makan di luar. Jalan-jalan itu bisa menghibur hati dan juga
melepaskan stress yang kita miliki. Selain itu juga bisa merekatkan bounding
antar anggota keluarga lho. Jalan-jalan saya sementara ini yang paling jauh ke
Telogo Sarangan naik mobil haha. Bagi saya itu sudah jauh banget lantaran sudah
melewati Jawa Timur. Pingin banget sih keluar negeri/umroh bareng keluarga
besar gitu. Kalau suami saya sudah lumayan sering ke luar negeri seperti
Singapura dan Australia tetapi karena urusan pekerjaan bukan murni travelling.
Semoga nanti impian saya tersebut bisa kesampaian.
Awalnya saya menyukai traveling dikarenakan ayah saya yang suka banget
ngajak saya jalan-jalan dengan honda bebeknya itu. Honda motor bebek di tahun
80-90an merupakan motor favorit orang pada jamannya. Memiliki honda motor
bebek adalah sebuah kebanggaan dijaman purba itu (eh
maksudnya tahun 80-90an). Bersama ayah, saya telah beberapa kali
menempuh perjalanan panjang di luar kota kelahiran saya Salatiga. Seperti ke
kota Solo dan Jogja. Bahkan, beberapa tahun sebelum beliau tiada ayah saya
pernah mengunjungi teman kuliahnya di Malang, Jawa Timur. Waktu itu beliau
tidak membawa jaket tebal. Aduh, ayah saya memang cuek banget orangnya. Kalau capek berhenti dan tidur di mushola/masjid. Sampai-sampai teman ayah
saya tadi membelikannya jaket. Ibu saya yang agak kelimpungan karena ketika
berangkat ke Malang tersebut ayah saya tidak meninggalkan pesan apapun ke ibu
dan anak-anak hingga lima hari tidak pulang ke rumah. Ketika akhirnya pulang,
sebenarnya ibu saya hendak marah kepada ayah tetapi tidak tega dan melupakannya
ha ha.
jalan-jalan naik motor (diambil dari travel.kompas.com) |
Ayah saya mengajarkan anak-anaknya untuk mandiri baik untuk anak laki-laki
ataupun anak perempuannya termasuk saya. Saya masih ingat benar ketika saya
mendaftar SMP saya disuruh mendaftar sendiri ke SMPN tersebut. Kata ayah saya letak SMPN itu kan dekat dan bisa terjangkau dari
rumah dan sayapun lalu mendaftar sendiri. Memang dekat sih dari rumah saya
sekitar 500-700 meter tetapi saya kan pingin banget ditemani ayah saya.
Akhirnya, kakak perempuan saya yang menemani mendaftar di sekolah tersebut.
Duh, kalau ingat masa itu. Tidak seenak anak-anak jaman sekarang. Anak sekarang
kena panas sedikit sudah mengeluh. Pulang sekolah mintanya dijemput atau naik
gojek. Dari SD sampai SMA saya biasa jalan kaki ke sekolah. Itupun
beramai-ramai dengan anak-anak tetangga dan serunya tidak terasa jauh. Berangkat
dan pulang sekolah dengan jalan kaki saya nikmati, bahkan terkadang
hujan-hujanan dan itu asyik banget. Meskipun, setelah itu ibu saya sempat marah
dan bilang “kenapa sih tidak menunggu hujan reda?”.
Kisah saya yang lain bersama honda bebek punya ayah
adalah saya pernah ke Solo sendirian dan pergi jalan-jalan ke Ungaran naik
honda bebek. Sepanjang perjalanan saya melihat pemandangan Solo yang waktu itu masih banyak sawah dan lahan hijau. Waktu itu saya lulus SMA. Mungkin sekitar tahun 2000. Padahal, Honda Bebek tersebut karena termakan usia lama-lama
jalannya agak pelan seperti siput. Hehe.
Solo travelling saya dengan honda bebek punya ayah ini
benar-benar berkesan dan merupakan permata pengalamanku. Tiap kali saya naik
sepeda motor bebek itu jiwa saya merasa bebas seperti burung dan saya bisa
melihat berbagai pemandangan sepanjang perjalanan. Namun, sayangnya saya tidak
memiliki kamera di saat itu. Waktu itu juga belum ada handphone yang bisa untuk
selfi-selfi, bisanya cuman untuk menulis sms, membalas sms, dan menelpon. Jadi
ya, maaf ya saya tidak menampilkan foto-foto saya.
Sunday, June 21, 2020
Tidak Perlu Takut Melakukan Rapid Test
Assalamu’alaikum temans,
Tepat dua bulan yang lalu tetangga saya ada yang terpapar virus Covid-19. Beliau memiliki profesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit di Semarang. Profesi perawat memang rentan terpapar Covid-19, karena selama pandemi Covid-19 mereka sehari-hari menangani pasien Covid-19. Jadi itu lumrah terjadi.
Rumahnya cukup dekat dari rumah saya, mungkin sekitar 100 meter. Bisa
dibayangkan komplek saya langsung heboh dengan pemberitaan tersebut.
Tetangga-tetangga saya dan termasuk juga saya melakukan aksi memborong handsanitizer
dan masker kain. Pada saat itu harga masker medis juga selangit harganya.
Kebanyakan orang lebih percaya masker medis ketimbang masker kain. Tetapi,
akhirnya ada himbauan dari Pemerintah untuk orang awam lebih baik menggunakan
masker kain saja karena masker medis memang diperuntukkan untuk tenaga medis
dan jumlahnya juga terbatas. Akhirnya saya juga memakai masker kain dan saya
juga beli serepnya untuk ganti-ganti disaat masker kain satunya dicuci.
Adanya tetangga saya yang PDP Corona membuat semua anggota
keluarga yang serumah dengan penderita otomatis menjadi ODP. Namun, setelah dites ternyata anak dan
istri penderita Covid-19 tersebut negatif. Setelah kejadian tersebut suasana
kompleks perumahan saya menjadi sunyi
sepi. Orang jadi begitu paranoidnya untuk keluar rumah atau sekedar melewati
rumah tetangga saya yang PDP Covid-19 tersebut. Anak-anak saya larang untuk
bermain dan setiap keluar rumah harus menggunakan masker. Sayapun jadi agak
cemas takut ketularan Covid-19. Anak-anakpun kemudian diliburkan setelah makin
lama Covid-19 di Semarang semakin merajalela dan ditetapkan sebagai pandemi.
Saya membatasi diri saya dan anak-anak untuk tidak terlalu banyak tahu tentang
Covid-19. Cukup tahu yang pokoknya saja dan tidak perlu harus sampai detail,
karena berada dirumah sudah membuat mereka cukup bosan, apalagi harus mendengar
berita-berita negatif tentang Covid-19.
Alhamdulilah, setelah dua bulan berlalu tetangga saya tersebut
dinyatakan negatif Covid-19 dan sudah aktif bekerja kembali. Kamipun bisa
menghela nafas dengan kejadian tersebut. Dari RT/RW saya juga digalakkan
kegiatan Jogo Tonggo untuk membantu tetangga yang terdampak Covid-19. Tentunya
ini sangat positif sekali dan warga juga sangat antusias dengan kegiatan ini.
Saya pernah membaca
headline di sebuah berita online bahwa ada beberapa orang yang
menganggap bahwa Covid-19 itu adalah penyakit bohong-bohongan dan ada yang
percaya pada sebuah teori bahwa Covid-19 adalah sebuah konspirasi dari negara
China. Banyak diantara mereka yang tidak menggunakan masker ketika keluar
rumah. Padahal, Covid-19 adalah sebuah penyakit yang sangat berbahaya dan
menular. Juga ada yang tidak mau menjalani rapid test karena berita ini.
Seperti yang telah kita ketahui
jumlah penderita Covid-19 makin lama makin meningkat tajam. Untuk mengurangi
penyebarannya, Presiden Jokowi menginstruksikan untuk melakukan rapid test,
khususnya di beberapa wilayah di Indonesia yang memiliki kasus COVID-19 yang
tinggi. Tes ini ditujukan agar pemerintah dan petugas kesehatan bisa mengetahui
siapa saja orang yang berpotensi menyebarkan virus Corona dan melakukan
tindakan pencegahan agar jumlah kasus COVID-19 tidak semakin bertambah.
Baca Juga : 6 Panduan Kesehatan Ala Dokter Reisa Broto Asmoro di Masa New Normal
Prosedur dan Interpretasi Hasil Rapid Test
Prosedur pemeriksaan rapid test dimulai dengan mengambil sampel darah dari
ujung jari yang kemudian diteteskan ke alat rapid test. Selanjutnya,
cairan untuk menandai antibodi akan diteteskan di tempat yang sama. Hasilnya
akan berupa garis yang muncul 10–15 menit setelahnya.
Hasil rapid test positif menandakan
bahwa orang yang diperiksa pernah terinfeksi virus Corona. Meski begitu, orang
yang sudah terinfeksi virus Corona dan memiliki virus ini di dalam tubuhnya
bisa saja mendapatkan hasil rapid test yang negatif karena tubuhnya belum membentuk
antibodi terhadap virus Corona.
Oleh karena itu jika hasilnya rapid test negatif, pemeriksaan rapid test perlu diulang sekali lagi 7–10 hari
setelahnya. Anda juga tetap disarankan untuk melakukan isolasi mandiri selama
14 hari walaupun tidak mengalami gejala sama sekali dan merasa sehat.
Ada kabar menggembirakan bagi kalian yang ingin mengikuti rapid test tetapi was-was untuk keluar rumah, kini Halodoc membuka layanan rapid test dengan bekerjasama dengan beberapa rumah sakit terdekat. Di layanan ini ada menu pilihan rapid test terdekat yang bisa disesuaikan dengan kota tempat tinggal kalian. Caranyapun sangat mudah dan kalian juga bisa memilih waktu yang kalian inginkan. Rapid test ini memerlukan beberapa kartu pengenal seperti kartu keluarga atau KTP. Biayanya akan tergantung biaya jasa tenaga medis dan penyedia alat yang diberikan dari Rumah Sakit. Sudah cukup jelas bukan? So, tidak perlu takut untuk melakukan rapid test ya....Saya percaya kita bisa melaluinya .....