Lajur di tol biasanya terbagi 3 bahu jalan (kiri), badan jalan, dan lajur untuk menyalip Gambar diambil dari wikipedia |
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Hai...hai.....
Kemaren saya mudik ke kampung halaman saya, Salatiga, dikarenakan sudah 2 bulan tidak pulang kampung. Sebenarnya ibu saya paham dengan kondisi saya yang sedang hamil muda, namun anak-anak yang ngedrel pingin ke Salatiga karena sudah kangen dengan saudara-saudara sepupunya. Ya, sudahlah saya terpaksa mengalah. Untunglah, Salatiga tidak terlalu jauh dari Semarang apalagi kalau melewati jalan tol dengan mobil pribadi, tidak terasa sudah sampai.
Bagi Anda pengguna jalan tol pasti tahu bahwa sekarang fasilitas pembayaran tol tidak lagi menggunakan uang cash, melainkan dengan kartu E-Toll. Biasanya, sebelum pergi suami yang membeli saldo kartu e toll di Indomart/Alfamart terdekat. Menurut saya lebih praktis seperti itu sih, kita jadinya tidak usah terlalu lama menunggu antrian membayar tol. Memang, benar seharusnya seperti itu. Beberapa negara maju juga telah menerapkan peraturan tersebut.
Saya suka sekali lewat tol meskipun tarifnya sekarang agak mahal, melihat pemandangan-pemandangan pepohonan yang hijau-hijau sangat menyejukkan mata. Atau kala pulang di malam hari juga pemandangannya sangat indah, terlihat kerlap-kerlip lampu dari kejauhan. Pernah juga sih saya dan suami melewati jalan lintas yang bukan tol, biar mengirit maksudnya he he tetapi malah macet dan harus bersaing dengan bis-bis kecil itu yang sukanya ngebut. Bukannya ngirit malah ngorot.
Baca juga : Jalan-jalan ke Tol Salatiga-Bawen
Pemandangan sekitar tol -dokpri |
Di jalan tol juga ada berbagai karakter orang, ada orang yang patuh juga ada juga orang yang tidak disiplin. Ada juga orang yang mentang-mentang di jalan tol, mengendarai mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi diatas 80 km/jam. Kalau suami sih tidak pernah sampai segitu. Paling ya cuman 60 km/jam. Ada juga orang yang "nggremet" kayak siput di jalan tol mirip mobil pengantin ha ha. Untunglah ada lajur untuk menyalip. Serasa pengamat transportasi ^^.
Kalau lagi di jalan tol sesekali saya memfoto pemandangan-pemandangan sekitar tol. Membaca-baca rambu-rambu yang ada di jalan tol seperti DILARANG MEMAKAI BAHU JALAN KECUALI DARURAT, DILARANG MEMBUANG BARANG APAPUN DI JALAN TOL, MAKSIMAL KECEPATAN 80 km/jam dll. Kalau tidak, saya sukanya menghapal beraneka macam mobil yang lewat di jalan tol, seperti misalnya mobil terios buatan mana sih yah, atau pajero itu buatan mana, mobil itu sama yang itu bagus mana?. He...he...terlalu kritis memang dan itu menarik untuk bahan pembicaraan selama perjalanan dengan suami. Biar dia juga tidak mengantuk.
Saya ke Salatiga hanya 1 hari saja, hanya ingin menyenangkan hati anak-anak saja. Soalnya saya sudah berjanji sejak 2 minggu yang lalu untuk pergi ke rumah uti. Mereka juga kerap komplen kalau janji tidak ditepati. Mamah tu kalau janji tidak ditepati og gitu. Wes, pokoke mereka udah pinter berdebat deh. Sampai-sampai saya kewalahan.
Saya pulang dari Salatiga setelah Maghrib sekalian makan malam. Biar ngirit he he. Pulangnya saya melewati tol Bawen seperti biasa. Kalau lewat tol Semarang-Salatiga bisa ditempuh selama 1.5 jam. Nah, sore hari ketika melewati tol arah Semarang itu ada mobil pribadi yang jalannya ngebut dan menggunakan bahu jalan. Seperti yang kita ketahui jalan tol itu dibagi menjadi 3 lajur bahu jalan, badan jalan, dan lajur untuk menyalip. Padahal, bahu jalan itu diperuntukkan hanya untuk mobil-mobil yang darurat, seperti misalnya mobil mogok, ambulans, atau mobil yang terkena kecelakaan. Akan bahaya sekali apabila ketika Anda menggunakan bahu jalan dan ada mobil mogok yang diparkir di bahu jalan tersebut, bisa terjadi kecelakaan yang akibatnya bisa fatal. Untunglah, suami selama ini selalu patuh dengan tata tertib lalu lintas baik di jalan raya ataupun di jalan tol karena semua berbalik kepada kita juga. Jadi, jangan gunakan bahu jalan kecuali darurat ya guys.
Semoga bermanfaat ^^.